Pada suatu subuh, ia harus menggiling getuk. Karena masih mengantuk, jari tangan kanannya masuk ke penggilingan bersama singkong. Untuk membuat getuk yang bagus, tangan kiri menggiling dan tangan kanan menekan singkong rebus sehingga getuk menjadi padat. Eka kecil menjerit kesakitan, tetapi karena tidak ada uang, luka itu pun dibiarkan sembuh secara alami. Sampai sekarang, luka tersebut membekas berupa daging menonjol di jarinya. Namun, butiran-butiran keringat yang membasahi tubuhnya pada masa itu kini dikenang sebagai mutiara indah yang tak dapat ia lupakan. Itulah sepenggal kisah dari Eka Julianta Wahjoepramono, yang dengan ketekunan dan keuletan yang luar biasa berhasil mengubah nasibnya.rnrnEka berasal dari keluarga yang tak berada. Kuliah kedokteran menjadi impian yang nyaris mustahil baginya. Selain karena finansial keluarga, status Eka sebagai warga keturunan Cina menjadi kendala untuk merebut satu kursi di Fakultas Kedokteran Universitas besar. Ada semacam aturan tak tertulis yang membatasi ruang gerak calon mahasiswa keturunan Cina, mereka tidak punya hak yang sama dengan pribumi. Namun, Eka adalah sosok anak yang tak mengenal kata putus asa. Dengan semangat juang yang tinggi, terkadang disertai kenekatan yang tak masuk akal, Ia berhasil yang mengukir prestasi gemilang di dunia kedokteran internasional, khususnya bidang bedah saraf. Eka telah membawa bendera Indonesia dengan diundang sebagai pakar dan pembicara ahli yang mempresentasikan prestasi bedah saraf Indonesia di berbagai pertemuan Internasional di semua belahan bumi. Ia pun menjadi guru besar tamu di bagian bedah saraf Harvard Medical School, University of Arkansas for Medical Sciences dan universitas terkemuka lainnya. Ia menjadi bintang bedah saraf dunia ketika terpilih menjadi pendiri World Academy of Neurological Surgeon, kelompok bedah saraf dunia terandal.rnrnSeluruh prestasinya itu tidak menjadikan Eka sebagai seorang dokter yang angkuh, mata duitan, dan kaku. Eka dikenal sebagai seorang dokter yang profesional dan sosialis. Ia mengajarkan dunia kedokteran untuk melihat pasien sebagai sesama manusia yang memerlukan pertolongan, bukan sebagai obyek praktik yang harus dipenjarakan oleh berbagai aturan yang kaku. Eka adalah sosok teladan yang patut ditiru generasi muda Indonesia karena ia mampu mengubah mission impossible menjadi mission very possible. Inilah sebuah biografi yang dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi siapapun yang membacanya. :)(Reviewer : Tirta ??Scientific Communication)
No other version available
RECORD DETAIL
Library dexagroup memiliki koleksi buku-buku yang lengkap dan membantu. Mulai dari buku kedokteran sampai pengembangan diri. Mantab!.
Library Dexa Group tentulah salah satu tempat favorit saya di Titan, kenapa bisa begitu? Di sini saya bukan hanya bisa mendapat jutaan informasi dari segudang buku-buku menarik, tapi juga jadi tempat aktivitas seru bersama Dexan!
Library Dexa Group sangat membantu dalam menyediakan buku-buku dan literatur maupun jurnal terbaru yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan informasi, baik itu terkait penyakit medis secara umum maupun terkait produk yang dipasarkan oleh Dexa Group. Terima kasih atas bantuannya
Saya suka perpustakaan. Itu membuat saya merasa nyaman dan aman memiliki dinding kata-kata, indah dan bijak, di sekelilingku. Saya selalu merasa lebih baik saat melihat ada sesuatu yang bisa menahan bayang-bayang
Nyaman dan friendly, masukan saya agar perpustakaan Dexa selalu menambah koleksi dengan koleksi terupdate.
Keren koleksinya!!! Selain buku-buku Farmasi & Kedokteran, koleksi buku-buku lain non Farmasi juga sangat mumpuni, seperti: Psikologi, Manajemen, Sejarah, Fiksi dan lain, bahkan bacaan untuk anak pun tersedia.
Libary Dexa Group itu tempat yang dituju ketika informasi yang didapat melalui browsing dunia maya sudah begitu membingungkan.. Karena koleksi buku-buku textbook yang lengkap, bukannya hanya buku technical tapi juga softskillsnya, hobby,dll.